Don't Judge A Book By It's Cover

Wajar bagi manusia untuk – menilai sebuah buku dari sampulnya (Judge a book by it’s cover). Lagipula, kita semua secara intrinsik cenderung akan segera menilai sesuatu yang ada didepan mata, karena faktanya adalah kita hidup didunia sensorik. Sebuah temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience tahun 2014 lalu menyebutkan bahwa otak memiliki kemampuan otomatis untuk memberikan peringatan dan mengirimkan sinyal supaya langsung waspada terhadap orang yang memang kita persepsikan tidak dapat dipercaya. Penelitian ini akhirnya memberikan kesimpulan bahwa manusia cenderung membuat keputusan cepat tentang segala hal, salah satunya keputusan dalam menilai seseorang. 

Saya atau mungkin juga kalian melakukan hal tersebut setiap waktunya yang dengan mudah mengambil kesimpulan dengan cepat yang hanya melihat baik-buruk manusia yang sudah tampak jelas di permukaan, dan kemudian akan kita berikan penilaian kepada orang-orang yang melakukan tindakan mengerikan (buruk) dengan segera tanpa benar-benar memahami secara mendalam.

Manusia selalu melakukan hal terburu-buru dalam menilai seseorang, hal ini membuat penilaian yang sering kali salah tentang seseorang ketika hanya melihat bukti dangkal yang muncul tanpa terlebih dahulu mau untuk mencari tahu hal tersebut benar (fakta) tentang orang tersebut.

Kita sebagai manusia selalu melihat pada apa, tanpa pernah mengerti mengapa.

Pernah tidak terfikir oleh kita semua, mengapa beberapa pencuri harus melakukan tindakan kriminal dengan mencuri? Apakah pernah terfikirkan oleh kita semua, bahwa mereka mungkin telah percaya pada filosofi nihilistik dimana dunia sudah tidak perduli lagi?

Pernah tidak terfikir oleh kita semua, mengapa manusia anti-sosial menutup dirinya dari lingkungan? Apakah pernah terfikirkan oleh kita semua, bahwa sebenarnya dia telah mengalami agorafobia sejak orang-orang dimasa lalunya bahkan sampai dimasa sekarang menindasnya karena kekurangan yang dimilikinya?

Sedikit dari kita benar-benar membaca backstory orang lain. Sedikit dari kita ada keinginan untuk mencoba melihat dari sisi pandang mereka. Sedikit yang benar-benar kita pahami..

Saya tidak mengatakan bahwa kita harus memaafkan perilaku seperti itu, tetapi kita juga seharusnya tidak menyalahkan mereka atas kesalahan yang mereka perbuat. Di balik setiap kesalahan yang dilakukan oleh manusia merupakan puncak dari rasa sakit hati, kesedihan, kesepian, kebingungan, dendam, dan ketakutan. Dan saya yakin, beberapa diantara kita saat ini pernah merasakan atau dapat merasakan hal yang serupa. Tidakkah kita ingin diampuni dan diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kita?
Saya sangat yakin, bahwa jauh di lubuk hati – setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat egois dan sikap mengerikan sampai pada tingkat tertentu, tetapi sebanyak apa kita dirusak, kita juga adalah manusia yang empatik dan altruistik yang peduli satu sama lain.

Kita hanya bisa menjadi manusia baik jika kita sendiri memperkuatnya dengan segala sesuatu yang positif untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Daripada meremehkan dan terus-terusan menjatuhkan kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, lebih baik – beri mereka kesempatan untuk mengangkat diri sekali lagi. Karena kita sendiri tidak pernah tau : orang yang memohon pengampunan dan maaf dari orang lain adalah kita di suatu saat nanti.


Oleh : Nina Islamey Bonita
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2018

Komentar

  1. judul yg di ambil menarik sekali, karena tidak semuanya yg kita lakukan harus terburu buru dan tergesa". ada baiknya kita berpikir jernih sebelum mengambil langkah atau keputusan supaya tidak salah langkah.

    BalasHapus
  2. Bagus sekali bahasannya mengenai pekerjaan yang harus difikirkan terlebih dahulu, karena banyak orang yang masih linglung melakukan hal itu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Baru Menuju Sejarah: Memulai Perjalanan Baru Bersama HIMANEGARA

Generasi Muda Harus Melek Politik ????

Mengenal Histori G30S PKI