Semakin Banyak yang Mati, Semakin Sedikit yang Peduli


Sebagai manusia, kita akan merasakan emosi yang sangat kuat apabila kita melihat seseorang yang tengah dalam bahaya, sebab itu kita sangat perduli dengan suatu individu. Ada satu hal menyedihkan yang baru-baru ini saya baca mengenai psikologis manusia. Paul Slovic, seorang psikolog di Universitas Oregon telah merangkum suatu temuan dalam penelitiannya yang dituang dalam satu kalimat yang membuat saya tertarik untuk membahasnya ;

“The more people die, the less we care.”

Dalam kalimatnya membuat saya berfikir dan mengaitkannya dengan kondisi manusia saat ini karna banyaknya kematian karna Covid-19. Saya jelaskan dalam analogi yang sederhana, yaitu kematian satu orang adalah tragedi; satu juta kematian adalah statistik. Maksudnya disini adalah jika satu atau dua manusia yang meninggal akibat kasus ini, manusia mulai menunjukkan rasa sedih dan paniknya kemudian merasakan bahwa ini sebagai suatu tragedi yang menyedihkan. (Let’s see, awal muncul Covid-19 manusia mulai panik dan merasa sedih akan kumunculan berita tentang kematian satu-dua manusia yang terkena virus ini). Tapi, jika mulai muncul jumlah kematian manusia yang mencapai 100-1 juta manusia, dan kita tidak akan lagi perduli (mati rasa), bahkan ada juga yang mengganggap “kematian massal” tersebut sebagai sebuah “statistik” saja. (Dan kita bisa lihat sendiri, sampai detik kamu membaca ini, dengan banyak kematian manusia, orang-orang atau bahkan kita sendiri sudah tidak perduli lagi, bahkan bersikap bodoh amat dengan apa yang sudah terjadi).

Ketika kita menghadapi sebuah/segelintir kematian, akan muncul perasaan sedih, iba dan empati yang luarbiasa. Tapi, seiring kematian itu bertambah banyak, anehnya manusia justru semakin kehilangan rasa afeksi didalam dirinya atau dengan kata lain, rasa sensitif manusia terhadap kondisi dilingkungannya berkurang.
Mati rasa psikis seperti ini disebut Psychic Numbing, dimana seiring meningkatnya jumlah korban kematian/tragedi, rasa empati manusia justru akan terus menurun. Ini terutama benar jika informasi terkait kematian akibat virus Covid-19 disajikan dalam bentuk angka ataupun statistik.

Jika kamu butuh bukti yang lain, saya akan tanyakan kepada kamu. Berapa banyak dari kalian yang sudah mulai bosan untuk membaca dan mengikuti berita pandemi Covid-19 dibanding 1-2 bulan pertama kemarin? Kamu sendiri semakin jenuh kan terhadap berita pandemi ini? Apalagi jumlah korbannya kita tau semakin meningkat terus di seluruh dunia. Angka-angka yang banyak itu terkesan “hanya statistik”, psikologis kita kesulitan untuk “bisa relate” dengan begitu banyaknya kematian.

Itu baru satu contoh kasus, kematian manusia.

Jadi, dalam konteks ini, mati rasa psikis dapat menyebabkan manusia menganggap virus Covid-19 ini kurang serius dan mulai kehilangan rasa empatinya. Dan ketika manusia mulai merasakan mati rasa terhadap meningkatnya jumlah kematian akibat kasus ini, manusia mungkin cenderung tidak mengambil tindakan pencegahan seperti menggunakan masker atau tidak melakukan pembatasan jarak antara satu manusia dengan manusia lainnya. 

Jangan hilangkan rasa ketidakperdulian didalam diri kita. Do and contribute your part everyday, tidak perduli seberapa kecil. Jadilah manusia yang terus peka dan perduli terhadap kondisi dan masalah dilingkungan kita. Jika salah satu dari kita bisa menjadi manusia yang seperti ini, akan membawa hal positif ke manusia lain dan dijadikan contoh oleh orang-orang disekitar kita. Bukalah mata dan hatimu, ya.


Oleh : Nina Islamey Bonita
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Baru Menuju Sejarah: Memulai Perjalanan Baru Bersama HIMANEGARA

Generasi Muda Harus Melek Politik ????

Mengenal Histori G30S PKI